Oleh : Salsabila Savannah
Rasulullah bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai bangsa Rumawi
menuruni pedalaman. Kemudian pasukan dari Madinah keluar menghadapi
mereka yang terdiri dari penghuni bumi yang terpilih saat itu. Tatkala
mereka telah berhadap-hadapan, bangsa Rumawi berkata, “Berilah jalan
antara kami dan antara yang mencela kami sehingga kami dapat memerangi
mereka””.
Umat Islam berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak akan mengosongkan
jalan antara kalian dan antara saudara-sudara kami”. Sehingga umat
Islam pun berperang melawan mereka.
1/3 dari pasukan itu mundur (kaum muslimin yang surut/lari dari perang).
Mereka itu takkan diterima taubatnya oleh Allah selama-lamanya.
Dan ada 1/3 lagi yang terbunuh, mereka adalah para syuhada yang terbaik
disisi Allah. Sedang 1/3 lainnya terus berperang sehingga mendapat
kemenangan dan dapat menaklukkan Konstantinopel.
Rasulullah telah menyampaikan hadist lain tentang guncangan/ketakutan
yang terjadi pada perang itu, dan tentang kaum relawan yang berada
dibarisan umat Islam, sampai kelompok Umat Islam ikut berperang hingga
memperoleh kemenangan atau kematian selama 3 hari berturut-turut. Dan
tampaknya jumlah umat Islam pada saat itu hanyalah sedikit, dengan bukti
bahwa umat Islam yang berperang menang ketika datang bantuan kepada
mereka dari sisa-sisa umat Islam. – Al-Qiyamah As-Shughra, hal.228.
Dari Yasir bin Jabir berkata, “Saya sedang bersama Abdullah bin Mas’ud
kala Angin merah bergerak dari Kufah, lalu seorang lelaki datang dan
berkata, ‘Wahai Abdullah bin Mas’ud, telah datang Hari Kiamat’
Ibnu Mas’ud yang sedang duduk bertelekan berkata, “Sesungguhnya Hari
Kiamat tidak akan datang sampai warisan tidak dibagikan dan tidak
bergembira seseorang dengan harta rampasan (perang)’.
Kemudian ia berkata sambil tangannya mengisyaratkan ke arah Syiria,
“Musuh berkumpul dengan umat Islam dan umat Islam berkumpul dengan
mereka”
Saya berkata, “Apakah yang engkau maksud adalah bangsa Rumawi?”
Ia menjawab, “Ya, tetapi kemudian ada pengkhianatan dalam perang itu,
sehingga umat Islam menganggapnya sebagai syarat kematian yang mana saat
itu jumlah umat Islam tidak banyak”.
(Syarat kematian yang dimaksud adalah : waktu itu kaum muslimin akan
bertekad bulat untuk mati, takkan mundur kecuali menang, maka mereka pun
bertempur sehingga terhalangi malam, dan tekad itupun dilupakan.
Demikian berjalan selama 3 hari berturut-turut)
Abdullah bin Mas’ud melanjutkan lagi, “Dalam pertempuran itu, Kaum
muslimin menganggapnya sebagai syarat kematian, sehingga mereka
berperang sampai malam memisahkan mereka, dan masing-masing saling
memenuhi (masing-masing pihak impas), sehingga belum ada yang menang
atau kalah.
Kemudian umat Islam bertekad bulat lagi untuk mati, takkan mundur
kecuali menang. Maka mereka pun bertempur sampai dihalangi oleh malam,
antara mereka tidak ada yang kalah ataupun menang, maka tekad itu pun
dilupakan (kaum muslimin merasa berputus asa akan keadaan itu).
Kemudian tekad untuk mati itu muncul lagi, tak kan mundur kecuali
menang, lalu mereka pun bertempur pula sampai dihalangi malam, dan
kembali ke tempat masing-masing tanpa membawa kekalahan ataupun
kemenangan. Dan tekad itu dilupakan lagi.
Syahdan, manakala datang hari keempat, bangkitlah sisa-sisa kaum
muslimin yang masih ada, mereka menyerbu musuh. Namun Allah belum
memberi kemenangan kepada mereka, meski mereka sebenarnya telah
bertempur mati-matian.
Namun mereka berperang dengan semangat peperangan yang belum pernah
dilihat sebelumnya sampai sebuah benda (dalam hadist lain disebut seekor
burung) sungguh-sungguh melewati lambung mereka, dan mereka tidak
gentar sampai tertunduk mati. (Semua orang yang ada dalam medan
pertempuran itu mati tidak tersisa karena benda itu).
Maka disuruhlah orang-orang melakukan pemeriksaan. Mereka ada 100 orang,
namun mereka yang memeriksa itu tidak menemukan apa-apa (tidak tahu
benda apa yang melintas itu) bahkan mereka ikut tewas, yang tersisa
(dari rombongan pemeriksa itu) hanyalah seorang saja. Maka harta
rampasan apa yang patut dia banggakan, atau warisan apa yang dapat ia
bagi-bagikan.
Ketika mereka sedang dalam keadaan seperti itu (sedang menunggu-nunggu
kabar dari seorang lelaki yang tersisa dalam medan pertempuran itu),
tiba-tiba mereka mendengar orang berteriak bahwa sesungguhnya Dajjal
telah mendatangi keluarga-keluarga mereka, sehingga mereka kemudian
menolak apa yang ada ditangan mereka dan mengutus 10 penunggang kuda
yang lihai.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya saya mengetahui nama-nama mereka, dan
nama-nama orang tua mereka, serta warna khayalan mereka. Mereka adalah
sebaik-baik penunggang kuda di muka bumi saat itu, atau sebaik-baik
penunggang kuda dibumi saat itu”. – HR.Ahmad, Abu Dawud dan Al-Albani,
Shahih Al-Jami’, 4096.
SEBELUM KELUARNYA DAJJAL TERDAPAT TIGA TAHUN PENDERITAAN
Rasulullah bersabda, “Sebelum keluarnya Dajjal terdapat 3 tahun
penderitaan, pada saat itu manusia ditimpa kelaparan yang sangat.
Pada tahun 1 (pertama), Allah memerintahkan langit untuk tidak
menurunkan 1/3 hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan
1/3 tanamannya.
Pada tahun 2, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan 2/3
hujannya dan memerintah bumi untuk tidak menumbuhkan 2/3 tanamannya.
Pada tahun ke 3, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan
seluruh hujannya dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan semua
tanamannya.
Sehingga tidak tumbuh hijau-hijauan, dan tidak tersisa binatang apapun
selain akan hancur kecuali dengan apa yang dikehendaki Allah.
Para Sahabat bertanya, “Bagaimana manusia hidup pada waktu itu?”
Rasulullah menjawab, “Tahlil, takbir, dan tahmid yang bagi mereka sama
kedudukannya dengan makanan”.” – HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Albani,
Shahih, Shahih Al-Jami’, 7875
Tidak ada komentar:
Posting Komentar