Selasa, 23 Oktober 2012
MAKNA IDUL ADHA
Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di
bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun
Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan
persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang
tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam
ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama
melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya
Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah
semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk
sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang
layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada hari
itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat,
juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu.
Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim
kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini
memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim
yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata
diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut
untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan
buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah
pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat,
perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak
jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini
diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Kisah
tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada
Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk
darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra
kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan
Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.
Dari berbagai media,
kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela. Demi menumpuk
kekayaan rela menanggalkan ”baju” ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan
telah memaksa untuk rela menjebol ”benteng-benteng” agama. Dewasa ini,
tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan.
Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim.
Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama.
Di
samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah
tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi
Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba. Pesan tersirat dari
adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya
nyawa manusia.
Hal ini senada dengan apa yang digaungkan Imam
Syatibi dalam magnum opusnya al Muwafaqot. Menurut Syatibi, satu
diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari’ah) adalah agama
menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Begitu pula dalam ranah fikih, agama
mensyari’atkan qishosh, larangan pembunuhan dll. Hal ini mempertegas
bahwa Islam benar-benar melindungi hak hidup manusia. (hlm.220 )
Nabi
Ismail rela mengorbankan dirinya tak lain hanyalah demi mentaati
perintahNya. Berbeda dengan para teroris dan pelaku bom bunuh diri.
Apakah pengorbanan yang mereka lakukan benar-benar memenuhi perintah
Tuhan demi kejayaan Islam atau justru sebaliknya?.
Para teroris
dan pelaku bom bunuh diri jelas tidak sesuai dengan nilai universal
Islam. Islam menjaga hak untuk hidup, sementara mereka—dengan aksi bom
bunuh diri— justru mencelakakan dirinya sendiri. Di samping itu, mereka
juga membunuh rakyat sipil tak bersalah, banyak korban tak berdosa
berjatuhan. Lebih parah lagi, mereka bukan membuat Islam berwibawa di
mata dunia, melainkan menjadikan Islam sebagai agama yang menakutkan,
agama pedang dan sarang kekerasan. Akibat aksi nekat mereka ini justru
menjadikan Islam laksana ”raksasa” kanibal yang haus darah manusia.
Imam
Ghazali dalam Ihya ’Ulumuddin pernah menjelaskan tentang tata cara
melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Menurutnya, tindakan dalam bentuk
aksi pengrusakan, penghancuran tempat kemaksiatan adalah wewenang negara
atau badan yang mendapatkan legalitas negara. Tindakan yang dilakukan
Islam garis keras dalam hal ini jelas tidak prosedural. (vol.2 hlm.311)
Sudah
semestinya dalam melakukan amar makruf nahi munkar tidak sampai
menimbulkan kemunkaran yang lebih besar. Bukankah tindakan para teroris
dan pelaku bom bunuh diri ini justru merugikan terhadap Islam itu
sendiri ?. Merusak citra Islam yang semestinya mengajarkan kedamaian dan
rahmatan lil ’alamin. Ajaran Islam yang bersifat humanis, memahami
pluralitas dan menghargai kemajemukan semakin tak bermakna.
Semoga
dengan peristiwa eksekusi mati Amrozi cs, mati pula radikalisme Islam,
terkubur pula Islam yang berwajah seram. Pengorbanan Nabi Ismail yang
begitu tulus menjalankan perintahNya jelas berbeda dengan pengorbanan
para teroris.
Di hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu
dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya,
penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan
ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban,
kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental.
Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual
keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk
solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam
pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin
dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin
dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap
masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap
sesama.
Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi
(10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi
solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari
pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh
karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan
pasca Idul Adha.
Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin
yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa
diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin
shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli
dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari
kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan
sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Selamat berhari
raya !
Selasa, 16 Oktober 2012
Keutamaan Puasa Sepuluh Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah
Keutamaan Puasa Sepuluh Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah
Pertanyaan:
Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah ditanya, “Apa pendapat anda tentang pandangan orang yang mengatakan berpuasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bid’ah?”
Jawaban:
Beliau menjawab, “Orang ini jahil, patut diajari. Karena Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam telah memotivasi untuk beramal shalih padanya, dan puasa termasuk amal shalih. Berdasarkan hadits sabda Nabi,”Tidak ada hari-hari dimana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari sepuluh ini”. Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah tidak pula Jihad Fi Sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad fi sabilillah, kecuali seseorang berjihad dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali membawa apa-apa lagi”.Hadits riwayat Al Bukhari dalam shahihnya.
Walaupun Nabi tidak pernah berpuasa pada hari-hari ini, telah diriwayatkan dari beliau bahwa beliau berpuasa padanya, dan diriwayatkan pula dari beliau bahwa beliau tidak berpuasa padanya. Akan tetapi yang jadi pegangan adalah ucapan karena ucapan lebih kuat daripada perbuatan. Dan apabila terkumpul ucapan dan perbuatan maka ini lebi kuat untuk dikatakan sunnah. Maka ucapan adalah dalil tersendiri sebagaimana perbuatan dan taqrir (persetujuan) demikian.
Apabila Nabi mengatakan suatu ucapan atau melakukan suatu perbuatan atau mempersetujuinya maka seluruhnya adalah sunnah. Akan tetapi ucapan lebih kuat kemudian perbuatan dan setelahnya persetujuan. Dan dalam hal ini Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Tidak ada hari-hari dimana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini”. Yakni sepuluh hari (pertama), maka apabila seseorang ingin berpuasa padanya atau bersedekah berarti ia di atas kebaikan yang besar. Demikian pula disyariatkan pada hari-hari tersebut bertakbir (membaca Allahu Akbar), bertahmid (membaca Alhamdulillah), dan bertahlil (membaca Laa ilaha ilallah) berdasarkan sabda Nabi, “Tidak ada hari-hari yang lebih mulia di sisi Allah dan dicintai oleh-Nya untuk beramal shalih padanya daripada hari-hari yang sepuluh ini, maka perbanyaklah oleh kalian padanya tahlil, takbir, dan tahmid”. Semoga Allah menganugrahkan taufiq-Nya kepada kita semua.”
Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abdul Barr dari:
Majmu Fatawa Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Sumber: Majalah As Salaam No IV/Th II 2006M/1426H
Minggu, 14 Oktober 2012
BAKTI SOSIAL UKM ITATS
=====================================>INI SAAT NYA KITA BERBAGI <=====================================
" Monggo Yang Mau Menyumbang Baju2, Sandang, pangan(atau alat"tulis),
Buku Bermanfaat, Uang Tunai, DLL.., "
Bisa Langsung Datang &
Dikumpulkan Di Posko bakti Sosial Depan Parkiran Mahasiwa Kampus
ITATS..., " —
...........................................................DA RI MAHASISWA HEBAT UNTUK SESAMA.................................................
Minggu, 07 Oktober 2012
INDAH NYA BERBAGI ILMU
Orang yang paling tertipu didunia adalah orang yang banyak kesia-siaan dalam perkataan dan perbuatannya, tetapi merasa dirinya telah melakukan banyak kebaikan.
Banyak orang mencari ilmu, tetapi tidak mengamalkannya sehingga jiwanya tetap kering . Ada juga yang mencari harta tetapi tidak mau bersedekah sehingga jiwanya tetap fakir
Banyak ilmu sedikit amal adalah sia-sia, banyak harta sedikit sedekah adalah sia-sia. Oleh karena itu orang yang cerdas selalu menjauhi hal yang sia-sia dan melakukan hal yang manfaat.
Sesungguhnya yang membuat manusia indah adalah hatinya yang hidup, karena dia mampu mengambil nasehat dan ilmu agama sebagai akhlak dirinya hingga pribadinya indah dan terpuji.
Jangan pernah merasa diri lebih berilmu dari orang lain dan menertawakan kebodohan orang lain, karena justru ciri utama orang berilmu adalah rendah hati dan menghormati orang lain.
Orang sombong hanya mampu membicarakan kekurangan orang lain, sedangkan orang rendah hati mampu membicarakan kebaikan orang lain dan memaklumi kekurangan orang lain.
***
Rasulullah SAW telah menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita miliki dengan sabdanya berikut :
"Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tersesat oleh ilmunya itu, dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya, sehingga ia akan mendapatkan neraka".
Disamping itu ilmu akan menjadi' rusak' bila tidak diamalkan, ilmu juga rusak bila pemiliknya merasa sombong dengan ilmunya itu; yaitu sebagaimana halnya banjir yang menghancurkan bukit yang tinggi
Salah seorang sahabat nabi yang dijuluki sebagai gerbang pintunya ilmu, yaitu saydina Ali Bin Abi Thalib, berkata : "Tiada kekayaan lebih utama daripada AKAL, TIADA KEPAPAAN LEBIH MENYEDIHKAN DARIPADA KEBODOHAN. Tiada Warisan lebih baik daripada PENDIDIKAN"
Ketika beliau ditanya mana yang lebih utama antara ilmu dengan harta, maka saydina Ali pun menjawab :
* Ilmu lebih utama daripada harta, ilmu adalah pusaka para nabi, sedangkan harta adalah pusaka Karun dan Fir'aun"
* Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu akan menjagamu sementara harta malah engkau yang harus menjaganya
* Harta itu jika engkau berikan berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau berikan semakin bertambah
* "Pemilik harta disebut dengan nama kikir dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan".
* "Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak"
* Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedang orang berilmu akan memperoleh syafa'at"
* Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman."
* Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya"
* Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justeru mengaku sebagai hamba karena ilmunya."
Prof Dr. Hamka dalam bukunya menulis : "Ilmu itu tiang untuk kesempurnaan akal. Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka."
Pepatah mengatakan : "Iman tanpa ilmu, sama dengan pelita ditangan bayi; sedangkan ilmu tanpa iman, bagaikan pelita ditangan pencuri."
Wallahualam
( Referensi : H.M Komarudin Chalil " Penyejuk Qolbu : Mencapai akhlak Mulia ; Ir . Permadi Alibasah ; "Sentuhan Kalbu")
Indahnya Berdakwah
Indahnya Berdakwah
Menampilkan Diri Sebagai Seorang Muslim Adalah Dakwah
Di antara ciri utama berdakwah kepada Allah, tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada, Allah berfirman pada ayat berikutnya: wa qaala innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam, misalnya ia tidak merasa berdosa dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman, korupsi, judi, perzinaan dengan terang-terangan. Anehnya, dia merasa malu untuk menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya. Ia tidak merasa bangga sebagai seorang muslim. Bahkan Islam yang dipeluk digerogoti ajarannya sedikit demi sedikit, dengan sikap memperdebatkan prinsip-prinsipnya yang sudah baku, mencari-cari dalil untuk membangun keraguan terhadap kebenaran Islam.
Seorang aktivis dakwah sejati selalu bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan Islam sebagai pribadinya. Sungguh krisis umat Islam di mana-mana kini adalah krisis keberanian untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi umat Islam di mana-mana selalu terkesan jorok, kotor dan beringas. Islam mengajarkan kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi penipuan dan korupsi justru merebak di tengah masyarakat yang mayoritasnya umat Islam. Mengapa ini semua terjadi? Bukankah orang-orang non-muslim sudah sedemikian jauh menampilkan dirinya sebagai bangsa yang bersih, disiplin dan lain sebagainya?
Benar, jika kemudian saya mendengar penyataan salah seorang muallaf : “Saya masuk Islam bukan karena umat Islam, melainkan karena kebenaran Islam. Seandainya umat Islam mampu menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.” Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal dan diulang-ulang hampir dalam setiap seminar di dalam di luar negeri: al-Islam mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang-orang Islam sendiri). Perhatikan realitasnya, apa yang sedang berlangsung dalam diri umat Islam di mana-mana. Ya, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri, mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.
Karenanya menampilkan Islam secara jujur dalam diri sebagai pribadi, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, dan menurut ayat di atas termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Oleh sebab itu pada ayat berikutnya Allah mengajarkan agar seorang dai selalu menyadari posisinya yang sangat mulia. Jangan sampai –karena suatu saat kelak menghadapi cobaan berupa munculnya orang-orang yang menolak dakwahnya dan lain sebagainya– ia kemudian emosional. Sehingga perkataannya lepas kontrol, lalu membalas cercaan mereka dengan cercaan. Atau lebih dari itu ia kemudian putus asa, lalu menjadi lesu dan patah arang. Akibatnya dakwahyang sangat Allah muliakan, ia lalaikan begitu saja.
Tidak, tidak demikian pribadi seorang aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah selalu menjiwai ayat ini: walaa tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara kebaikan dan keburukan. Kata-kata dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata pencerca. Pertahankan kata-kata yang baik itu untuk terus menghiasi lidah sang dai. Jangan sampai terpengaruh emosi para pencerca lalu ditukar menjadi cercaan pula. Karenanya Allah ajarkan konsep: idfa’ billatii hiya ahsan, balaslah dengan ucapan yang lebih baik dan dengan cara yang lebih baik. Kata ahsan juga diulang pada ayat lain: wajadilhum billatii hiya ahsan, suatu sikap yang harus selalu menghiasi pribadi seorang dai setiap saat dan di manapun ia berada, lebih-lebih saat menghadapi penolakan, cercaan dan makian. Di saat seperti itu seorang dai, harus benar-benar tampil sempurna, bijak dan tenang. Mengapa? Sebab ia membawa misi Allah Yang Maha Perkasa. Maka ia harus selalu yakin dan percaya diri dengan posisinya. Tidak usah minder apalagi rendah diri.
Bahkan pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan agar ia selalu tampil dengan penuh persahabatan, sekalipun mereka mencerca dengan penuh permusuhan. Perhatikan bagaimana Allah mengajarkan cara berdakwah yang efektif, di mana kemudian cara ini menjadi salah satu pilar utama dalam ilmu komunikasi modern. Setelah itu Allah menegaskan bahwa untuk itu semua seorang dai tidak cukup hanya dengan bermodal semangat, melainkan lebih dari itu harus mempunyai sifat sabar dan selalu memohon kepada Allah agar mendapatkan nasib yang baik, di dunia dan di akhirat. Tanpa sifat sabar dan doa untuk memperoleh nasib yang baik, segala proses akan menjadi sia-sia. Sebab segala kemenangan tidak akan pernah dicapai tanpa pertolonganNya.
Senin, 01 Oktober 2012
CORETAN DAKWAH UKMBI: Kritertia Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam
CORETAN DAKWAH UKMBI: Kritertia Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam: Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam m...
Materi OBORR
Materi OBORR :
1. Tgal 03 Oktober Akhi Rudi ITATS ( UKMBI ITATS ) \ Membuka Semangat Baru Di Awal Kuliah //
2. Tgal 10 Oktober \\ Sucikan Hati Bersama Remaja Masjid Baitul 'Izzah //
3. Tgal 17 Oktober \\ Indahnya Ukhuwah Islamiyah //
4. Tgal 24 Oktober \\ Indahnya Syahadat-mu //
5. Tgal 31 Oktober \\ Jangan Qurbankan aku //
6. Tgal 07 Nov \\ Sikap Hidup Seorang Pemuda Sejati //
7. Tgal 14 Nov \\ Etika Pergaulan Pria & Wanita //
8. Tgal 05 Desember \\ Ketika Hati bertabur Bunga >> Etika Jatuh Cinta //
Langganan:
Postingan (Atom)